Gadis di dalam angkot 3
Bel tanda istirahat berbunyi membuyarkan konsentrasi orang-orang di kelas ini. Ada yang menghela nafas, ada juga yang mulai memasukkan bukunya ke dalam tas. Pak guru yang hanya membawa satu buku itupun beranjak dari ruangan.
"Kita lanjutkan hari kamis lagi, jangan lupa kerjakan PRnya." Iapun melangkah keluar. Aku yang sudah memasukkan bukupun beranjak keluar kelas.
"Mau kemana kau?"Temanku memanggil.
"Mau turun."
"Titip jajananlah."
"Aku gak ke kantin."
"Lah terus?"
Aku bingung harus menjawab apa. Aneh juga kalau kujawab aku mau melewati ruang kelas anak kelas 3. Lagipula aku tak ingin mengajaknya menemaniku melewati ruangan anak kelas 3. Nantinya dia pasti bakal penasaran dan berpikiran yang aneh-aneh.
"Mau beli apa?".
"Kayak biasa ya".
"Okelah, nanti kubelikan".
"Sep."
Aku berjalan keluar kelas dan menyusuri koridor. kulewati ruangan anak kelas 2 dengan manusia-manusia berpapan nama berwarna jingga. Ruangan anak kelas 3 berada di lantai 3 sudut sekolah ini. Letaknya bertolak belakang dengan ruang kelasku. Tiba juga aku di depan tangga menuju ke lantai 3. Kutapaki satu persatu anak tangga layaknya jemari menekan tuts piano. Begitu sampai di lantai 3 aku disambut oleh wajah-wajah asing dengan papan nama berwarna hijau, mirip dengan gadis di angkot itu. Dapat kurasakan beberapa pasang mata menatap kearahku, seakan berkata "Ngapain pula anak kelas 1 main-main ke wilayah anak kelas 3". Tapi tak kuhiraukan itu semua. Aku berjalan pelan menelusuri barisan ruangan anak kelas 3. Mataku dengan jeli mengintip dari jendela apakah gadis itu ada di dalam kelas tersebut sambil berjalan secara perlahan agar tak terlihat mencurigakan. Perlahan satu per satu kuperiksa dengan mataku secara awas mencari keberadaan gadis itu. Namun hasilnya nihil. Hingga kelas terakhir tak kutemukan gadis yang kutemui di angkot itu. Tahu pencarianku berakhir dengan kesia-siaan kuputuskan untuk pergi ke kantin.
Setelah membeli pesanan x aku langsung berniat kembali ke kelas. Kulewati orang-orang yang sedang duduk di kantin itu. Tapi tak lama kemudian langkahku terhenti. Ada sesuatu yang mencuri perhatianku. Aku berbalik dan memeriksa apakah yang kulihat itu ilusi atau bukan. Aku melihatnya. Dia bukan ilusi dari alam bawah sadarku. Dia nyata, hadir di ruang dan waktu itu. Gadis itu sedang menghabiskan makanan yang dipegangnya. Bukan hanya itu. Dia sendirian. Ya, sendirian sama seperti saat dia sedang pulang menaiki angkot. Hatiku berdebar kegirangan bahwa aku menemukan seseorang yang selama ini hanya kujumpai saat pulang saja. Aku berjalan kembali dan duduk berjarak dua meja dari gadis itu. Aku mengeluarkan handphone dari kantong celanaku lalu pura-pura memainkannya. sesekali aku mencuri pandang kearah gadis itu. Ia masih makan. Dengan sabar kutunggu ia menghabiskan makanannya secara perlahan.
Tak lama setelah menghabiskan makanannya ia beranjak dari tempat duduknya. Pasti dia mau kembali ke kelas. Aku biarkan ia berjalan melewatiku. Setelah dia agak jauh akupun mengikutinya dari belakang. Sepertinya dia tidak tahu aku sedang mengikutinya. Aku sadar aku sedang menjadi penguntit. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk tahu dimana ruang kelasnya. Setelah sampai di lantai 3 iapun masuk ke salah satu ruangan kelas. Aku berjalan melewati pintu kelas yang dilewatinya tadi. Di atas pintu tersebut terpasang papan bertuliskan "IPA 3". Rasa penasaranku yang menggebu-gebu akhirnya terpuaskan. Bayangan yang menutupi gadis itu akhirnya terbuka walau hanya sedikit. Tapi tak apa. Beginipun aku sudah lumayan puas. Setidaknya aku tahu dimana ruang kelasnya berada. Aku masih berjalan di koridor saat bel masuk berbunyi.
"Ah, pesanannya." Aku baru ingat jajanan titipan temanku masih bersamaku. Aku langsung berlari-lari kecil ke kelas dengan hati gembira karena hal yang baru saja terjadi dan berharap temanku tidak marah karena aku lupa mengantarkan pesanannya.

Good
ReplyDelete