Gadis di dalam angkot 2
Sudah beberapa waktu berlalu sejak pertemuanku dengan gadis itu. Sejak itu pula aku selalu berusaha untuk dapat pulang bersamaan dengannya. Sebenarnya ada tiga angkot yang dapat kunaiki untuk dapat pulang. Tapi dengan alasan menunggu gadis itu aku selalu berusaha untuk naik trayek angkot saat aku pertama kali bertemu dengannya, meskipun berangkatnya paling lama. Sudah beberapa kali aku mencoba untuk menunggunya, tetapi dia tidak kunjung muncul juga. Apakah aku terlalu cepat naik angkotnya? Atau memang dia yang sudah pulang sebelum aku menunggunya di angkot ini?
Suatu hari saat menunggu di angkot sambil bosan, aku memandang keluar. Ah langit sudah gelap sekali seperti hujan siap tumpah kapanpun dikehendaki. Dan benar saja. Tak berapa lama rintik-rintik hujan mulai turun dari langit. Orang-orang mulai berlarian untuk berteduh menghindari hujan. Sebelum hujan benar-benar deras seorang gadis berlari dan masuk ke dalam angkot yang kunaiki, gadis berkuncir kuda dengan papan nama berwarna hijau. "Ini dia yang dinanti-nanti", gumamku dalam hati. Setelah sekian lama menunggu akhirnya kami bertemu. Gadis itu duduk di depanku, meskipun tidak di bagian belakang.Yah, setidaknya aku bisa melihat wajahnya. Aku tak dapat menutupi kegiranganku. Aku berpaling melihat kebelakang angkot untuk menyembunyikan senyumku. Kesabaranku dalam menunggu ternyata tidak sia-sia.
Lagi aku tak tidur selama perjalanan. Meskipun dinginnya udara menggoda sekali untuk tidur, kehadirannya mampu membuatku tetap terjaga. Bertemu lagi dengan gadis itu membuat pertanyaan di kepalaku semakin bertambah. Dia sebenarnya turun dimana? Kelas IPA atau IPS? Kenapa dia pulang sendirian? Apakah tidak ada teman yang rumahnya satu arah dengannya? Kalau dipikir-pikir kami juga tidak pernah bertemu di sekolah. Apakah gara-gara aku tidak pernah main-main ke kelas 3? Aku memikirkan hal-hal itu sambil sesekali melirik ke arah gadis yang memangku tasnya tersebut.
"Pinggir pak".
Aku turun dan berlari menuju tempat penitipan motor untuk berteduh. Hujan belum juga reda hingga aku sampai ke tempat aku turun. Aku melihat angkot itu menjauh dan perlahan menghilang ditutupi air hujan. Kalau begini aku juga belum bisa pulang. Jas hujan milikku kemarin kukeluarkan dan belum kukembalikan ke jok motorku. Kalau sudah begini aku cuma bisa menunggu hujan reda sambil bertanya-tanya dalam hati, Kapan kita akan berjumpa lagi?
Suatu hari saat menunggu di angkot sambil bosan, aku memandang keluar. Ah langit sudah gelap sekali seperti hujan siap tumpah kapanpun dikehendaki. Dan benar saja. Tak berapa lama rintik-rintik hujan mulai turun dari langit. Orang-orang mulai berlarian untuk berteduh menghindari hujan. Sebelum hujan benar-benar deras seorang gadis berlari dan masuk ke dalam angkot yang kunaiki, gadis berkuncir kuda dengan papan nama berwarna hijau. "Ini dia yang dinanti-nanti", gumamku dalam hati. Setelah sekian lama menunggu akhirnya kami bertemu. Gadis itu duduk di depanku, meskipun tidak di bagian belakang.Yah, setidaknya aku bisa melihat wajahnya. Aku tak dapat menutupi kegiranganku. Aku berpaling melihat kebelakang angkot untuk menyembunyikan senyumku. Kesabaranku dalam menunggu ternyata tidak sia-sia.
Lagi aku tak tidur selama perjalanan. Meskipun dinginnya udara menggoda sekali untuk tidur, kehadirannya mampu membuatku tetap terjaga. Bertemu lagi dengan gadis itu membuat pertanyaan di kepalaku semakin bertambah. Dia sebenarnya turun dimana? Kelas IPA atau IPS? Kenapa dia pulang sendirian? Apakah tidak ada teman yang rumahnya satu arah dengannya? Kalau dipikir-pikir kami juga tidak pernah bertemu di sekolah. Apakah gara-gara aku tidak pernah main-main ke kelas 3? Aku memikirkan hal-hal itu sambil sesekali melirik ke arah gadis yang memangku tasnya tersebut.
"Pinggir pak".
Aku turun dan berlari menuju tempat penitipan motor untuk berteduh. Hujan belum juga reda hingga aku sampai ke tempat aku turun. Aku melihat angkot itu menjauh dan perlahan menghilang ditutupi air hujan. Kalau begini aku juga belum bisa pulang. Jas hujan milikku kemarin kukeluarkan dan belum kukembalikan ke jok motorku. Kalau sudah begini aku cuma bisa menunggu hujan reda sambil bertanya-tanya dalam hati, Kapan kita akan berjumpa lagi?

Comments
Post a Comment